'Berdoalah untuk kebangunan rohani di Hinghwa!' Inilah anjuran sekaligus permohonan para utusan Injil di kita Hinghwa kepada teman mereka sesama Kristen. Tuhan menggerakkan hati dua orang wanita lanjut usia. Keduanya terus berdoa sampai mereka mendapat kepastian, bahwa akan terjadi pembaharuan oleh Roh Kudus di gereja Hinghwa. Mereka mendapat keyakinan dari Tuhan bahwa pekerjaan ini akan mulai pada Jumat Agung. Begitu yakinnya sehingga mereka menulis tentan hal ini dalam suatu surat kepada teman mereka di sana. Tapi surat itu terlambat dan baru sampai sesudah Paskah.
Pengkotbah di Hinghwa pada Jumat Agung itu tidak dikenal sebagai pengkotbah istimewa. Tapi dia taat mengikuti Tuhan dan menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada-Nya. Ketika ia menguraikan sengsara Juruselamat, hatinya sendiri hancur dan ia mulai menangis karena sadar akan keadannya sendiri yang pernuh dosa. Keyakinan seperti itu meluas kepada jemaat, dan tidak lama kemudian setiap orang sujud di hadapan Allah sambil menangis dan mengakui dosanya. Akibatnya, orang-orang yang bermuusuhan bertahun-tahun lamanya menjadi bersahabat. Gereja yang dimurnikan itu menjadi gereja yang bersaksi, dan dalam satu dua bulan terjadilah 3.000 pertobatan. Beberapa gedung gereja baru didirikanm dan orang-orang percaya di seluruh daerah Hinghwa beranjak ke tingkat kehidupan yang lebih kristiani.
Yu-un hadir pada pertemuan Jumat Agung itu dan ia tidak pernah melupakan khotbah pada hari itu. Peristiwa di Getsemani dilukiskan jelas. Kesengsaraan Juruselamat sementara murid-murid-Nya tertidur nyenyak. Ketegaran Juruselamat menghadapi orang banyak yang beringas dipertentangkan dengan pengkhianatan Yudas.
Dikutip dari : John Sung, Obor Allah di Asia
Special Thanks to : Tante Sonya, yang membolehkan aku pinjam buku ini.. :D
Tuesday, October 16, 2012
Subscribe to:
Posts (Atom)